Halaman

Jumat, 17 April 2020

Pengalaman Mengatasi GERD

Sumber Asli yang menceritakan Pengalaman Dengan Gerd

https://www.kompasiana.com/samuelpurba/57db7ccfd77e61e742c5c40f/pengalaman-mengatasi-gerd?page=1

Bermula sekitar empat tahun lalu. Saya baru saja selesai rapat kantor sekitar pukul 13.45 WIB. Agenda rapat yang panjang ditambah dengan kesibukan dan beban pekerjaan yang menumpuk, bekerja underpreassure selama tiga bulan terakhir, membuat tubuh saya mengalami keletihan meskipun tidak saya sadari sepenuhnya.
Selesai rapat saya bergegas mencari rumah makan sekitar pukul 14.20 wib. Namun begitu hidangan disajikan di meja, tiba-tiba saya merasa pusing dan seakan-akan kaki saya tidak menginjak lantai. Rasa cemas datang melanda dan denyut jantung nggak karuan. Saya takut bukan kepalang, berpikir jangan-jangan saya terkena serangan jantung atau sejenisnya. Memang pada saat itu saya termasuk overweight dan jarang berolahraga.
Segera minum air hangat dan setelah makan saya bersendawa terus menerus, kemudian badan terasa enakan. Beberapa hari kemudian saya kembali merasakan sensasi yang sama. Setelah hilang, beberapa hari kemudian datang lagi, demikian seterusnya selama dua minggu. Akhirnya saya menghubungi salah seorang kolega yang kebetulan dokter. Setelah di EKG, dia mengatakan bahwa jantung saya sehat dan hanya kecapean. Kemudian saya hanya diberikan obat-obatan untuk asam lambung dan vitamin.
Saat itu saya putuskan untuk diet dan rutin jogging dua sampai tiga kali seminggu. Dalam rentang waktu enam bulan saya berhasil menurunkan bobot tubuh saya sampai 8 kilogram. Selama itu gangguan dan sensasi yang pernah saya rasakan sebelumnya tidak pernah muncul lagi.
Hingga akhirnya ketika setahun kemudian saya mengambil studi master di Bandung dan harus berpisah dengan anak dan istri yang sedang hamil.  Beban pikiran yang banyak serta suasana baru sebagai anak kost membuat pola hidup dan makan saya berubah. Seminggu pertama di Bandung sensasi yang hampir setahun hilang kembali muncul. Hampir setiap malam saya batuk parah, pencernaanterganggu (lima hari feses saya cair), badan lemas dan meriang seperti demam, ulu hati terasa keras, mulut terasa pahit dan asam, perut kembung, sering bersendawa, tenggorokan sakit, leher tegang, dada dan punggung terasa panas.
Karena tidak mengerti saya menganggap bahwa hal tersebut karena saya kurang gizi. Lantas sate kambing dan protein hewani lain saya hajar saja. Bukan makin baik, kondisi saya makin drop. Di Bandung saya sudah mendatangi lima orang internis (dokter spesialis penyakit dalam) dalam jangka waktu 3 bulan saja.
Dokter mengatakan asam lambung saya tinggi, kemungkinan  besar karena faktor stres.  Saya pun mulai browsing di internet untuk mencari tahu apa sih sebenarnya yang saya alami ini. Saya pun kemudian mengetahui bahwa ada banyak makanan dan minuman yang sangat memicu naiknya asam lambung, dan celakanya itu juga saya sering konsumsi selama di Bandung. Sate, gorengan, sambel, susu, nasi ketan, teh, kopi, cokelat, es krim, cake, minuman kemasan,  fast foot (junk food) adalah menu saya selama di Bandung.  Karena phobia dengan makanan, saya sempat meminta istri mengirimkan makanan dari Sumatera.
Setelah saya jaga makanan, sensasi tersebut berangsur-angsur mulai berkurang namun stamina saya belum sepenuhnya fit. Sekitar awal 2014 saat itu istri baru melahirkan dan saya sibuk sekali mengurus keluarga sehingga harus bolak-balik Bandung-Jakarta-Riau. Cuaca Bandung yang dingin ditambah setiap hari hujan, stamina saya yang kelelahan, dan beban kuliah yang makin banyak, membuat saya kembali drop. Kali ini cukup parah.
Suatu ketika dalam kondisi lelah, alih-alih saya paksakan untuk olahraga. Malam harinya kaki saya tegang dan pagi harinya saya hampir-hampir tidak bisa bangkit dari tempat tidur. Di kampus beberapa kali saya permisi pulang dengan alasan kurang sehat. Pikiran semakin kacau dan stres. Malah mikir yang macem-macem seperti mau dipanggil Yang Maha Kuasa. Mau ke warung aja seperti gak punya tenaga untuk berjalan, detak jantung terasa gak karu-karuan. Berkali-kali dikusuk (pijat) namun tidak banyak perubahan. Setiap bangun tidur pagi-pagi bukan makin segar, alih-alih makin lemas.
Akhirnya kembali bolak-balik lagi ke dokter. Sempat dicek EKG dan treadmil, jantung ternyata sehat-sehat aja. Dikasih obat banyak sekali (saya kumpulin satu kantong plastik penuh). Makin bingung, koq asam lambung bisa separah ini? Bobot tubuh mulai makin berkurang, dalam sebulan bisa turun 2-3 kg. Makin cemas karena takut ada virus berbahaya di dalam tubuh. Selama lebih dari 2 minggu tidur saya sangat terganggu, hanya bisa terlelap 3-4 jam dalam sehari. Benar-benar menyiksa jiwa dan raga.
Kemudian saya mendatangi salah seorang dokter senior (professor) di salah satu rumah sakit terkenal di Bandung. Dia curiga bahwa selain asam lambung saya juga terkena alergi. Setelah cek darah (lagi), ternyata IgE saya cukup tinggi. Artinya saya cukup sensitif  terjangkit alergi. Saya dirujuk lagi ke rekannya (professor alergi) dan dicek kulit. Diketahui ada beberapa debu dan protein yang menyebabkan alergi di tubuh saya.
Akhirnya diberi lagi obat-obatan alergi. Bertambah lagi obat-obatan yang saya santap setiap hari. Setiap hari diminta pake masker, dikasih obat semprot ke hidung, dan sebagainya. Sayangnya setelah sebulan kondisi saya tidak juga membaik secara siqnifikan. Saya sempat terkena keram perut sebelah kiri selama 1 minggu yang sangat mengganggu. Capek, stres, lemah (tidak bertenaga), dan tidak bersemangat adalah kondisi saya saat itu.
Pernah satu kali saya pulang kuliah udah lewat magrib, sampai di kost tiba-tiba jantung berdegub kencang, keringat mengalir kayak baru selesai mandi, wajah saya kelihatan memutih. Saya sudah pasrah sama Sang Pencipta. Namun setelah saya menenangkan diri dan banyak berdoa, saya kembali lagi fokus pemulihan kesehatan. Rajin mengkonsumsi madu, korma, dan berbagai herbal lainnya (temulawak, kunyit, jinten hitam, sambiloto, brotowali). Saya mulai membeli buah-buahan segar, sayur segar dan saya buat jus setiap hari. Meskipun lambat, namun saya merasa optimis kembali. Artinya kondisi saya tidak separah yang sebelumnya.
Suatu kali saya berkesempatan ke Malaka (Malaysia) dan saya gunakan sebagian waktu untuk konsultasi. Setelah melakukan pemeriksaan dan wawancara yang menyeluruh, dokter di sana menolak melakukan endoskopi dan pada intinya mengatakan bahwa saya hanya stres saja. Saya diberi obat lagi (controlog  dan obat pereda kecemasan ) untuk dikonsumsi selama 3 bulan. Makan obat lagi, meskipun saya merasakan ada kemajuan dan ketenangan setelah check up di Malaysia. Pikiran saya yang macam-macam semakin stabil dengan hasil diagnosa dokter di sana.
Berdasarkan hasil konsultasi dokter dan  membaca beberapa buku dan referensi dari internet saya tahu bahwa saya terkena GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). GERD adalah suatu kondisi tubuh (pada dasarnya bukan penyakit) dimana terjadi kelemahan pada otot lambung atau katub lambung yang mengubungkannya dengan kerongkongan. Akibatnya cairan asam lambung naik kembali ke kerongkongan. Cairan asam lambung yang berfungsi untuk menghancurkan makanan tersebut menjadi berbahaya terhadap seluruh organ tubuh yang seharusnya tidak dilewatinya (misalnya paru-paru, tenggorokan, kerongkongan).
ilustrasi. sumber: www.tutorioloka.com
ilustrasi. sumber: www.tutorioloka.com
Itulah sebabnya kalau kondisi ini dibiarkan terus-menerus maka akan membuat kerusakan pada organ-organ tersebut. Dari beberapa referensi, saya percaya bahwa orang yang lama menderita GERD akan lebih mudah terkena alergi, asma, radang paru, radang tenggorokan, dan ganguan paru. Yang lebih parah, gangguan tersebut lama-lama bisa menjalar ke organ pencernaan lain seperti usus halus, usus besar, ginjal, dan empedu. Akhirnya sistem imun tubuh yang diserang sehingga memungkinkan terjangkit penyakit dan gangguang kesehatan yang lain. Komplikasi tersebut yang dapat berbahaya bahkan bisa mengancam nyawa.
Singkat cerita, setelah selesai studi saya kembali ke Riau. Saya mulai fokus memulihkan kesehatan, beban pikiran sudah jauh berkurang. Saya mulai menata hidup lagi dengan lebih optimis. Setiap hari saya mengkonsumsi buah dan sayur segar. Saya pantangkan makan daging dan olahannya, susu dan olahannya, teh, mie, kopi, cokelat, kue-kue dari tepung terigu, makanan yang asam dan pedas. Saya mulai rutin olahraga ringansetiap hari (olahraga berat masih belum sanggup dan saya pun tak mau). Yang penting ada keringat keluar setiap hari dan otot-otot tetap bisa difungsikan.
Saya masih sering konsumsi madu pahit, sari kurma, dan sesekali membuat sendiri rebusan sambiloto, kunyit, temuwalak, dan brotowali. Dalam waktu sekitar 6 bulan kemudian dan seterusnya, pelan-pelan, waktu demi waktu, saya merasa jauh lebih sehat dan prima. Memang kalau saya tidak disiplin (misalnya makan nasi goreng,  sambel, mie, cokelat, gorengan, dll) tetap juga terganggu lagi. Kalau asam lambung naik, saya cukup konsumsi lanzoprazole 30 mg dan melidox sampai kembali normal. Itupun sangat jarang saya lakukan.
Banyak mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, bangun komunikasi yang baik dan terbuka dengan istri dan keluarga. Mulai ikut acara dan kegiatan sosial seperti keagamaan dan adat. Menyalurkan hobi saya bermain musik, membaca, dan menulis. Sesekali membawa istri dan anak-anak jalan-jalan ke luar kota atau sekedar makan malam di luar. Hidup ini indah dan patut disyukuri dan dinikmati.  Tubuh semakin baik, pikiran makin jernih, hati makin ikhlas, banyak bersyukur, emosi makin stabil, dan hidup pun semakin optimis.
Saya terima kondisi apapun dalam hidup ini termasuk segala penyakit yang bisa saja muncul. Saya tahu bahwa tubuh ini harus benar-benar dihargai dengan menjaga kesehatan dan makanan. Tidak bisa lagi sesuka hati mau makan apa dan mau dibikin apa. Tidak mudah dan penuh perjuangan memang, namun bukan berarti tidak bisa. Dengan hidup yang disiplin, berpikir optimis dan positif,  sampai saat ini saya tetap sehat dan saya percaya kita semua yang terkena GERD juga bisa sembuh.
Berikut beberapa tips buat penderita GERD berdasarkan pengalaman dan pembelajaran saya:
Buah-buahan yang sebaiknya rutin dikonsumsi:
  • Semangka
  • Pepaya
  • Alpukat
  • Apel
  • Pir
  • Bengkoang
  • Pisang (jangan pisang ambon)
  • Anggur
Sayur-sayuran yang sebaiknya dikonsumsi setiap hari:
  • Bayam
  • Kangkung
  • Brokoli
  • Wortel
  • Mentimun
  • Sawi hijau
  • Buncis
  • Kacang panjang  
  • Labu siam
  • Labu
Jamu dan herbal yang baik buat penyembuhan GERD:
  • Temulawak
  • Sambiloto
  • Kunyit
  • Brotowali
  • Madu hitam pahit
  • Sari kurma
  • Jinten hitam
Pantangan penderita GERD:
  • Nangka
  • Nenas
  • Kol
  • Daging berlemak
  • Daging olahan (bakso, nugget, sate, dll)
  • Nasi ketan
  • Roti mengandung pengembang
  • Mie dan kue dari tepung terigu (usahakan seminim mungkin)
  • Minuman mengandung gas
  • Teh
  • Kopi
  • Cokelat dan keju
  • Susu dan olahannya
  • Tape
  • Gorengan (makanan mengandung banyak minyak), termasuk makanan bersantan.
  • Makanan yang asam
  • Makanan yang pedas
  • Makanan dan minuman kemasan/ kalengan yang mengandung bahan pengawet (usahakan seminim mungkin)
  • Es (makanan dan minuman dingin)
Tips buat penderita GERD untuk meminimalisir gangguan:
  • Makan sedikit-sedikit dan rutin dalam jangka waktu 4 jam sekali
  • Tidur menggunakan bantal yang agak tinggi
  • Tidur minimal 6 jam sehari (sebaiknya 7-8 jam)
  • Tidur minimal 3 jam setelah makan terakhir
  • Konsumsi sayur dan buah yang banyak setiap kali makan
  • Olah raga ringan (terutama yoga atau senam) rutin setiap hari
  • Perbanyak jalan kaki untuk menjaga aktifitas fisik
  • Minum air putih minimal 12 gelas sehari (sekitar 3 liter)
  • Hindari asap rokok (berhenti merokok) dan minuman beralkohol
Tips untuk diri pribadi:
  • Dekatkan diri pada Ilahi (berdoa, berpuasa, beramal, bersyukur, dll)
  • Terbuka pada keluarga dan sahabat terdekat yang bisa memahami keberadaan kita
  • Membuka diri dalam kegiatan-kegiatan sosial dan masyarakat
  • Menerima setiap kondisi hidup dengan ikhlas (jangan memaksakan keadaan sesuai dengan keinginan kita semata)
  • Lakukan olahraga ringan dan perbanyak aktifitas fisik setiap hari (penting untuk melatih otot-otot untuk tetap bekerja)
  • Menyalurkan hobi
  • Senantiasa bersikap optimis dan positif 
  • Kalau badan terasa capek, adalah baik untuk pijat, refleksi, akupuntur, dll yang membuat tubuh rileks kembali
  • Luangkan waktu untuk menyalurkan stres seperti jalan-jalan, mendengarkan musik, nonton film, belanja, dll.
  • Last but not the least, disiplinkan diri terhadap makanan dan kebiasaan. Jangan bersikap bodoh, pengen sembuh tapi gak mau disiplin.
  • By Admin UPT SDN Cikerut Cikerut - Cibeber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar