Selasa, 17 Maret 2020

Apa sih.. Kegiatan Belajar Mengajar itu..?

PENGERTIAN PEMBELAJARAN ATAU KBM
Sebelum mengetahui arti dari pembelajaran atau yang sering di sebut KBM kita harus terlebih dahulu mengetahui apa arti dari belajar dan mengajar itu. Belajar adalah suatu aktivitas yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti untuk menggali suatu pengetahuan. Sedangkan “teach” atau mengajar berasal dari bahasa Inggris kuno, yaitu “taecan”. Kata “taecan” ini juga berasal dari bahasa jerman kuno yaitu taikjan yang berasal dari kata “teik” yang berarti memperlihatkan. Istilah mengajar juga berhubungan dengan “token”yang berarti tanda atau symbol. “token” juga berasal dari bahasa Jerman kuno “taiknom” yang artinya pengetahuan. Mengajar dapat diartikan proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa.
dengan demikian kita dapat mengartikan bahwa yang disebut “pembelajaran atau KBM” adalah suatu penyampaian materi pelajaran atau pengetahuan oleh seorang guru kepada anak didik nya serta mengatur lingkungan supaya anak didiknya belajar, sehingga anak didiknya mendapatkan pengetahuan atau wawasan yang lebih luas.
Dalam konteks pembelajaran atau KBM, sama sekali tidak berarti memperbesar peranan siswa di satu pihak dan memperkecil peranan guru di pihak lain. Dalam pembelajaran, guru tetap harus berperan secara optimal agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik, sedangkan ketika guru menggunakan pendekatan “ekspositori” atau dalam contoh ceramah siswa dituntut dalam rangka dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
1.2 PRINSIP PEMBELAJARAN ATAU KBM
 Bruce Weil (1980). Mengemukakan tiga prinsip penting dalam pembelajaran, yaitu :
a. Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kogintif siswa. Tujuan pengaturan lingkungan ini dimaksudkan untuk menyediakan pengalaman belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta. Menurut Piaget, struktur kognitif akan tumbuh bila siswa memiliki pengalaman belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran menuntut aktivitas siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri.
b. Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari. Ada tiga tipe pengetahuan yang masing-masing memerlukan situasi yang berbeda dalam mempelajarinya. Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan fisis, sosial, dan logika. Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian, seperti bentuk, besar, berat, serta bagaimana objek itu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pengetahuan sosial berhubungan dengan perilaku individu dalam suatu system sosial atauhubungan antara manusia yang dapat memenuhi interaksi sosial. Pengetahuan logika berhubungan dengan berfikir matematis, yaitu pengetahuan yang dibentuk berdasarkan pengalaman dengan suatu objek dan kejadian tertentu.
c. Dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan. Siswa akan lebih baik mempelajari pengetahuan logika dan sosial melalui pergaulan dan hubungan sosial. Oleh karena itu, melalui hubungan sosial itulah siswa berinteraksi dan berkomunikasi, berbagi pengalaman dan lain-lain yang memungkinkan berkembang secara wajar.
 PRINSIP - PRINSIP BELAJAR
Prinsip 1 : Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi di dalam diri si pelajar yang diaktifkan oleh individu itu sendiri.
Proses belajar dikontrol oleh si pelajar sendiri dan bukan oleh si pengajar. Perubahan persepsi pengetahuan, sikap, dan perilaku adalah suatu produk manusia itu sendiri, bukan kekuatan yang dipaksakan kepada individu. Belajar bukan berarti melakukan apa yang dikatakan atau yang diperbuat oleh pengajar saja tetapi suatu proses perubahan yang unik di dalam diri si pelajar sendiri. Oleh karena itu mengajar bukan berarti memaksakan sesuatu terhadap si pelajar tetapi menciptakan iklim atau suasana sehingga si pelajar mau melakukan dengan kemauan sendiri apa yang dikehendaki oleh si pengajar.
Prinsip 2 : Belajar adalah penemuan diri sendiri.
Hal ini berarti bahwa belajar adalah proses penggalian ide-ide yang berhubungan dengan diri sendiri dan masyarakat sehingga pelajar dapat menentukan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai. Untuk itu segala sesuatu yang relevan bagi pelajar harus ditemukan oleh pelajar itu sendiri.
Prinsip 3 : Belajar adalah konsekuensi dari pengalaman.
Seseorang menjadi bertanggung jawab ketika ia diserahi tanggung jawab. Ia menjadi atau dapat berdiri sendiri bila ia mempunyai pengalaman dan pernah berdiri sendiri. Manusia tidak akan mengubah perilakunya hanya karena seseorang mengatakan kepadanya untuk mengubahnya. Untuk belajar yang efektif tidak cukup jika hanya dengan memberikan informasi saja, tetapi kepada pelajar tersebut perlu diberikan pengalaman.
Prinsip 4 : Belajar adalah proses kerja sama dan kolaborasi.
Kerja sama akan memperkuat proses belajar. Manusia pada hakikatnya senang saling bergantung dan saling membantu. Dengan kerja sama, saling berinteraksi dan berdiskusi, di samping memperoleh pengalaman dari orang lain juga dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran dan daya kreasi individu.
Prinsip 5 : Belajar adalah proses evolusi, bukan revolusi karena perubahan perilaku memerlukan waktu dan kesabaran.
Perubahan perilaku adalah suatu proses yang lama karena memerlukan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan orang lain, contoh, dan mungkin pengalaman sebelum menerima atau berprilaku baru. Bagaimanapun menguntungkannya bagi dirinya, belajar akan selalu dirasakan sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan dan sangat mengganggu. Untuk itu dalam mengajar hasilnya tidak dapat diperoleh dengan segera dan tidak boleh tergesa-gesa tetapi memerlukan kesabaran dan ketekunan.
Prinsip 6 : Belajar kadang-kadang merupakan suatu proses yang menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaan yang sangat menyenangkan dan sangat berharga bagi dirinya, bahkan mungkin harus melepaskan sesuatu yang menjadi jalan hidup atau pegangan hidupnya.
Untuk itu dalam memperkenalkan hal-hal baru yang menghendaki seseorang berprilaku baru sebaiknya dilakukan tidak secara drastis dan radikal. Harus berhati-hati dan sedikit demi sedikit sehingga individu mau meninggalkan perilaku lama dengan senang hati, tidak menyakitkan hati, dan tidak menimbulkan frustasi.
Prinsip 7 : Belajar adalah proses emosional dan intelektual.
Belajar dipengaruhi oleh keadaan individu atau si pelajar secara keseluruhan. Belajar bukan hanya proses intelektual tetapi emosi juga turut menentukan. Oleh karena itu hasil belajar sangat ditentukan situasi psikologis individu pada saat belajar. Bila seseorang sedang dalam keadaan kalut, murung, frustasi, konflik, dan tidak puas, maka jangan dibawa ke dalam suatu proses belajar.
Prinsip 8 : Belajar bersifat individual dan unik.
Setiap orang mempunyai gaya belajar dan keunikan sendiri dalam belajar. Untuk itu pengajar harus menyediakan media belajar yang bermacam-macam sehingga tiap individu dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan keunikan dan gaya masing-masing.
Seluruh prinsip-prinsip tersebut mencakup situasi proses belajar yang menguntungkan, mempunyai ciri-ciri komunikasi yang bebas dan terbuka, konfrontasi penerimaan, respek, diakuinya hak untuksalah, kerja sama kolaborasi, saling mengevaluasi, keterlibatan tiap individu, aktif, kepercayaan, dan lainnya.
 PRINSIP-PRINSIP MENGAJAR
Prinsip mengajar adalah suatu aturan yang berlaku bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Prinsip-prinsip tersebut disebut dengan Asas-asas Didaktik. Dengan demikian prinsip-prinsip tersebut harus diketahui dan dipahami serta dapat diterapkan oleh guru atau calon guru agar dapat mengajar dengan baik dan berhasil sesuai dengan tujuan.
Adapun prinsip-prinsip mengajar tersebut antara lain :
1. Asas perhatian, yaitu asas membangkitkan perhatian murid-murid.
2. Asas aktivitas, yaitu asas mengaktifkan jasmani dan mental murid-murid.
3. Asas apersepsi, yaitu asas menghubungkan dengan apa yang telah dikenal anak.
4. Asas peragaan, yaitu asas memperagakan pengajaran.
5. Asas ulangan, yaitu mengadakan ulangan-ulangan yang teratur.
6. Asas korelasi, yaitu mengadakan hubungan dengan pelajaran lainnya.
7. Asas konsentrasi, yaitu asas pemusatan pada pokok masalah.
8. Asas individualisasi, yaitu asas penyesuaian pada sifat dan bakat masing-masing anak.
9. Asas sosialisasi, yaitu menciptakan / menyesuaikan dengan lingkungan.
10. Asas evaluasi, yaitu mengadakan penilaian yang tepat dan teliti.
2.2 CIRI MENGELOLA KBM ATAU PEMBELAJARAN
Berikut dikemukakan 7 ciri-ciri Kegiatan Belajar Mengajar yang memberdayakan potensi siswa.
a. Pembalikan Makna Belajar
. Pada pandangan dan paradigma ini, makna dan hakikat Belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Akibat logis dari pengertian belajar di atas, maka mengajar merupakan kegiatan partisipasi guru dalam membangun pemahaman siswa. Partisipasi tersebut dapat berwujud sebagai bertanya secara kritis, meminta kejelasan, atau menyajikan situasi yang tampak bertentangan dengan pemahaman siswa sehingga siswa ‘terdorong’ untuk memperbaiki pemahamannya. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya.
b. Berpusat pada Siswa
Siswa memiliki perbedaan satu sama lain. Siswa berbeda dalam minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Siswa tertentu lebih mudah belajar dengan dengar-baca, siswa lain lebih mudah dengan melihat (visual), atau dengan cara kinestetika (gerak). Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik siswa. KBM perlu menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Artinya KBM memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa. KBM perlu mendorong siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
c. Belajar dengan Mengalami
KBM perlu menyediakan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari dan atau dunia kerja yang terkait dengan penerapan konsep, kaidah dan prinsip ilmu yang dipelajari. Karena itu, semua siswa diharapkan memperoleh pengalaman langsung melalui pengalaman indrawi yang memungkinkan mereka memperoleh informasi dari melihat, mendengar, meraba/menjamah, mencicipi, dan mencium. Dalam hal ini, beberapa topik tidak mungkin disediakan pengalaman nyata, guru dapat menggantikannya dengan model atau situasi buatan dalam wujud simulasi. Jika ini juga tidak mungkin, sebaiknya siswa dapat memperoleh pengalaman melalui alat audio-visual (dengarpandang). Pilihan pengalaman belajar melalui kegiatan mendengar adalah pilihan terakhir.
d. Mengembangkan Keterampilan Sosial, Kognitif, dan Emosional
Siswa akan lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Dengan kata lain, membangun pemahaman akan lebih mudah melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok. Penyampaian gagasan oleh siswa dapat mempertajam, memperdalam, memantapkan, atau menyempurnakan gagasan itu karena memperoleh tanggapan dari siswa lain atau guru. KBM perlu mendorong siswa untuk mengkomunikasikan gagasan hasil kreasi dan temuannya kepada siswa lain, guru atau pihak-pihak lain. Dengan demikian, KBM memungkinkan siswa bersosialisasi dengan menghargai perbedaan (pendapat, sikap, kemampuan, prestasi) dan berlatih untuk bekerjasama. Artinya, KBM perlu mendorong siswa untuk mengembangkan empatinya sehingga dapat terjalin saling pengertian dengan menyelaraskan pengetahuan dan tindakannya.
e. Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah Ber-Tuhan
Siswa dilahirkan dengan memiliki rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif. Sementara, rasa fitrah berTuhan merupakan embrio atau cikal bakal untuk bertaqwa kepada Tuhan. KBM perlu mempertimbangkan rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan agar setiap sesi kegiatan pembelajaran menjadi wahana untuk memberdayakan ketiga jenis potensi ini.
f. Belajar Sepanjang Hayat
Siswa memerlukan kemampuan belajar sepanjang hayat untuk bisa bertahan (survive) dan berhasil (sukses) dalam menghadapi setiap masalah sambil menjalani proses kehidupan sehari-hari. Karena itu, siswa memerlukan fisik dan mental yang kokoh. KBM perlu mendorong siswa untuk dapat melihat dirinya secara positif, mengenali dirinya baik kelebihan maupun kekurangannya untuk kemudian dapat mensyukuri apa yang telah dianugerahkan Tuhan YME kepadanya. Demikian pula KBM perlu membekali siswa dengan keterampilan belajar, yang meliputi pengembangan rasa percaya diri, keingintahuan, kemampuan memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama supaya mendorong dirinya untuk senantiasa belajar, baik secara formal di sekolah maupun secara informal di luar kelas.
g. Perpaduan Kemandirian dan Kerjasama
Siswa perlu berkompetisi, bekerjasama, dan mengembangkan solidaritasnya. KBM perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan semangat berkompetisi sehat untuk memperoleh penghargaan, bekerjasama, dan solidaritas. KBM perlu menyediakan tugas-tugas yang memungkinkan siswa bekerja secara mandiri.
2.3 CARA MENGELOLA KBM ATAU PEMBELAJARAN
1. Ciptakan suasana komunikasi dengan dukungan atau penerimaan
Jika kita bersikap menerima anak apa adanya, Insya Alloh anak akan berkembang, tumbuh, berubah dan merasa nyaman akan dirinya sendiri. Jika anak-anak kita telah merasa nyaman, tentu akan mudah dapat bergaul. Inilah proses awal kita menciptakan suasana tanpa tekanan yang menjadikan anak-anak tersiksa.
2. Mengorkestrasikan lingkungan
Mungkinkah kita mendapati anak-anak usia 3tahun belajar dengan duduk secara tenang di dalam kelas sepanjang hari? Tetapi jika itu selalu terjadi merupakan peristiwa yang mustahil. Mestinya mereka akan belajar dengan cara berlari, berayun-ayun, berbicara, bertanya, bermain, bergerak, menganggu temannya dan aktivitas kinestetik lainnya. Kalau kita mau meneliti berapa menit anak akan diam, dan duduk manis. Dan jika dipaksa bukankah ini merupakan tekanan batin, dan tekanan fisik yang sangat menyiksa. Kondisi real pendidikan kita adadalah anak-anak membutuhkan guru yang terampil dengan mengorkestrasikan lingkungan. Guru mampu memanfaatkan lingkungan belajar untuk media belajar. Misalnya guru menyiapkan kelas dengan bunga agar aroma segar dan mendukung suasana belajar. Mereka menempelkan poster-poster. Guru menyuguhkan seluruh point penting yang harus di pelajari dalam bentuk kata-kata maupun gambar.
3. Mencuri perhatian siswa
Dalam buku “the learning way” digambarkan dalam mencuri perhatian dengan cara:
a. Mendatangkan tamu yang mengejutkan (tiba-tiba)
b. Melakukan perjalanan misteri
c. Kunjungan lapangan (yang menjadi angan-angan siswa)
d. Pameran binatang kesukaan siswa
e. Pertunjukan drama, boneka, dongeng, dll
4. Berilah sentuhan aktivitas dini
Aktivitas dini merupakan kegiatan-kegiatan awal untuk meningkatkan aliran oksigen dalam otak. Mengendorkan ketegangan siswa baik secara mental maupun fisik. Mencptakan suasana agar siswa saling kenal. Relaksasi merupakan cara untuk menghindarkan suasana penuh tekanan menjadi lebih bersahabat dan menyenangkan. Sebaiknya kita tidak memulai pelajaran dengan hal-hal yang serius, menyulitkan dan membosankan. Marilah kita member sentuhan yang hangat, bersahabat dan tanpa tekanan.
5. Gunakan pembuka pintu
Pembuka pintu maksudnya adalah memulai pembicaraan dengan cara percakapan yang dapat mendorong mereka untuk berbicara lebih banyak. Berbagi ide-ide dan perasaan. Anak dimotivasi untuk mengeluarkan gagasan. Hal ini untuk menumbuhkan keberanian dan kepercayaan.
6. Jadikan kita pendengar penuh perhatian
Berhentilah dari segala kegiatan jika ada anak yang akan mengatakan sesuatu. Dengarkanlah dengan penuh perhatian. Atau kita tidak boleh berpura-pura memerhatikan padahal kita sibuk denagn urusan sendiri. Ini merupakan sikap terpuji.
7. Bisakah kita mengurangi perkataan “JANGAN”
Katakanlah pada anak yang seharusnya dilakukan daripada mengatakan apa yang tidak boleh dilakukannya. Guru memang terbiasa dengan perkataan jangan. Namun perlu diubah sehingga kondisi sekolah menjadi akrab dan menyenangkan tanpa tekanan.
8. Buatlah permintaan kita menjadi sederhana
Peraturan dan tata tertib sekolah sebaiknya disusun secara sederhana. Kalau perlu anak dilibatkan dalam membuatnya, minimal adalah tata tertib dalam kelas yang disepakati oleh siswa.
9. Hentikan kekerasan fisik atau mental
Anak-anak memerlukan kasih sayang. Tidak lagi membutuhkan perlakuan kasar. Misalnya kata-kata yang sering kita ucapkan adalah “ kamu bertingkah laku seperti anak kecil saja “.
10. Berlatihlah dan hidupkan budaya guru berterima kasih kepada siswa
Siswa berhak mendapatkan perlakuan seperti guru dengan teman sebangkunya. Siswa akan meniru tingkah laku guru dalam memperlakukan dirinya. Biarkn kita berkorban dengan selalu mengatakan terima kasih kepada siswa agar mereka dapat meniru perilaku kita.
Biarkan mereka meniru gurunya untuk mengatakan tolong. Karena kita selalu menggunakan kata-kata itu. Dengan ini kita sudah mencoba untuk membangun peradaban. Semoga besok sekolah kita tidak lagi menakutkan.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sanjaya Wina, M.PD;Kurikulum Dan Pembelajaran
By Admin UPT SDN Cikerut Cikerut - Cibeber

Tidak ada komentar: